risma ridha
Senin, 20 November 2017
Sabtu, 21 Oktober 2017
Minggu, 05 Februari 2017
Sepenggal Kelas Inspirasi Yogyakarta
Aksi salah satu murid ketika menemani saya storry telling |
Terimakasih untuk semua inspirator atas kenangan barunya. Capek? Mengantuk? Lelah? Semua terbayarkan begitu senyum anak-anak menjadi gerbang penyambut kedatangan kita. Iya, kan, teman-teman? J
Ibu Guru Okita yang berprofesi sebagai Arsitek |
Pak Rizky, berprofesi sebagai auditor |
Terimakasih Mas Azzam dan Mas Febi yang meski kita tidak banyak bercakap, tapi saya sudah membuktikan sendiri kalian adalah pribadi yang menyenangkan. Terimakasih Mas Qoqo yang sudah berjuang menyelesaikan tugasnya di sela-sela acara penting yang menunggunya. Terimakasih juga Dek Lovie atas keantusiasannya membantu tugas Mas Qoqo. Dan terimakasih untuk Bu Kunthi, sosok dosen kekinian yang sangat menginspirasi.
Pak Azzam, fisioterapis |
Closing bersama murid-murid, guru, dan relawan SDN Pandanpuro 2 |
Selasa, 16 Juni 2015
Senin, 25 Mei 2015
#MenulisBerantai CLOSE TO YOU (Part 4)
Rabu, 18 Februari 2015
Menanti kepastian
Kau tahu aku tidak pernah memberimu sebagian dari hatiku saja. Aku selalu menyerahkannya secara utuh. Entah kau menerimanya atau tidak, aku sama sekali tidak peduli.
Yang aku tahu, meski hatimu sekeras batu dan butuh waktu lama untuk meluluhkannya, aku tidak akan pernah mengangkat tangan. Kalah. Menyerah. Seluruh kosa kata itu telah hilang dari kamus otakku. Penantian yang tulus, tidak akan pernah sia sia.
Tuhan sedang mengujiku, melihat seberapa jauh aku bersabar dalam penantian panjang ini. Dan aku tahu, demi mendapatkan seseorang yang spesial sepertimu tentu membutuhkan perjuangan lebih. Percayalah, kalau kau sudah berada dalam genggamanku, tidak ada seorang pun yang bisa menyentuhmu. Kini, kuserahkan segalanya pada waktu. Sambil menunggu pasrah, aku selalu menguntai doa. Berharap Tuhan mengayunkan keajaibanNya padaku. Cinta yang sejati tidak pernah kalah pada waktu, tidak pernah menyerah pada keadaan.
Cinta sejati itu aku.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti prpgram #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis
Luka dan Duka
Pagi ini, aku harus kembali membalut lukaku yang belum mengering. Melepas kepergianmu dengan seulas senyum palsu. Kita sebenarnya sama sama tahu, sama sama sadar bahwa mempertahankan hubungan ini, sama saja seperti berjalan di atas serpihan kaca. Melukai. Menyakiti. Bedanya, bukan hanya telapak kakiku yang berdarah. Tapi juga hati, dan harga diriku sebagai wanita yang terus merintih.
Kau dan aku telah dipersatukan sekian lama. Bertahun tahun. Tentu, akan banyak lara yang tertinggal jika nantinya kita benar2 berpisah. Lama menjalin hubungan denganmu, perlahan membuat hatiku mengeras, lalu berubah wujud menjadi batu. Aku tidak bisa lagi merasakan, menyentuh secuil pun kebahagiaan dari kebersamaan kita. Setelah kepergianmu pagi ini, pagi besok, dan pagi seterusnya... aku hanya bisa menunggumu dalam ketidak pastian. Memang, kau pasti kembali. Tapi kau tidak pernah menjanjikan membawa kembali cinta yang sama kepadaku.
Cinta yang utuh, sama seperti kurasakan dulu ketika kita berkomitmen untuk saling menjaga. Dulu.. dulu sekali. Sebelum seseorang datang dan menjebol kesetianmu.
Kini, ketika senja mulai menyapa dan matahari mulai luruh, kau datang kembali dengan segenggam harapan palsu. Lagi. Terus kau ulang sampai waktu yang tak bisa kuprediksi